Renungan Ezra – Refleksi Pribadi Jeffrie Gerry
Ezra 1 – Pemulihan yang Tak Terduga Saya pernah mengalami masa di mana harapan terasa jauh. Namun, seperti Raja Koresh yang tiba-tiba mengizinkan umat kembali, saya belajar bahwa pemulihan bisa datang dari sumber tak terduga. Tuhan bekerja melalui cara yang melampaui logika manusia. Saya diingatkan untuk tetap percaya, bahkan ketika situasi tampak buntu. Tuhan mampu membangkitkan pertolongan dari tempat yang tidak kita duga. Kadang kita merasa dunia menutup semua pintu, tetapi Tuhan membuka jalan yang bahkan tidak pernah kita pikirkan sebelumnya. Ketika saya mengalami kegagalan besar, saya pikir semuanya sudah berakhir. Tetapi di saat yang tak terduga, Tuhan memberi saya kesempatan baru. Ini mengajarkan bahwa harapan tidak boleh mati karena rencana Tuhan jauh lebih besar daripada rencana saya sendiri.
Ezra 2 – Memulai dari Nol Ketika saya harus membangun sesuatu dari awal, rasanya menakutkan. Nama-nama dalam pasal ini mengingatkan saya bahwa setiap orang punya bagian dalam rencana Tuhan. Mereka berangkat dengan sedikit, tapi membawa harapan besar. Ini mengajarkan saya bahwa meskipun memulai dari nol itu sulit, kesetiaan pada proses dan kepercayaan pada Tuhan akan membawa hasil yang lebih besar daripada yang bisa saya bayangkan. Memulai kembali bukan berarti gagal, tetapi adalah kesempatan untuk melakukan sesuatu dengan lebih baik. Saya ingat saat harus memulai kembali setelah kegagalan besar, dan itu terasa sangat menekan. Namun, Tuhan memberi saya kekuatan untuk melanjutkan, sama seperti Dia memberi kekuatan kepada bangsa Israel yang kembali ke tanah air mereka.
Ezra 3 – Tangisan dan Sukacita Saya pernah mengalami momen ketika sesuatu yang lama hilang akhirnya kembali, seperti Israel yang membangun kembali mezbah. Namun, ada perasaan campur aduk—sukacita bagi yang baru, tangisan bagi yang merindukan masa lalu. Saya belajar bahwa tidak semua perubahan bisa menyenangkan semua orang. Namun, yang terpenting adalah kembali kepada Tuhan dan membiarkan Dia memimpin perjalanan ke depan. Saya pernah berada dalam situasi di mana saya harus menerima sesuatu yang baru tetapi masih merindukan yang lama. Saya menyadari bahwa bukan perubahan yang menyakitkan, tetapi keterikatan saya pada masa lalu yang membuat sulit untuk melangkah.
Ezra 4 – Gangguan dalam Panggilan Pernahkah saya merasa semangat saat memulai sesuatu, lalu tiba-tiba ada hambatan? Sama seperti musuh Israel yang berusaha menghentikan pembangunan, saya pun menghadapi tantangan dalam pekerjaan dan pelayanan. Saya belajar bahwa gangguan bukan tanda Tuhan meninggalkan, tapi ujian apakah saya tetap setia. Perlawanan bisa menjadi tanda bahwa sesuatu yang besar sedang dikerjakan Tuhan. Ketika saya menghadapi kritik atau kegagalan, saya belajar untuk tidak langsung menyerah, tetapi melihatnya sebagai bagian dari proses pertumbuhan.
Ezra 5 – Keberanian untuk Melanjutkan Ketika menghadapi rintangan besar, saya cenderung ingin menyerah. Namun, seperti nabi Hagai dan Zakharia yang menguatkan bangsa Israel, saya pun pernah dikuatkan oleh orang-orang sekitar. Tuhan mengirimkan dorongan tepat waktu agar saya tidak berhenti. Saya belajar bahwa taat pada panggilan Tuhan membutuhkan keberanian untuk tetap melangkah, meskipun situasi belum berubah. Kadang kita menunggu kondisi sempurna untuk bertindak, tetapi iman sejati adalah tetap bergerak meskipun ketidakpastian masih ada.
Ezra 6 – Waktu Tuhan Sempurna Sering kali saya ingin sesuatu terjadi segera. Namun, pembangunan Bait Allah membuktikan bahwa janji Tuhan terjadi tepat pada waktunya. Saya diingatkan bahwa keterlambatan bukan berarti kegagalan, tetapi bagian dari rencana-Nya. Tuhan bekerja dengan cara yang melampaui pemahaman saya, dan saya harus belajar bersabar, percaya bahwa setiap proses ada dalam kendali-Nya.
Ezra 7 – Hidup Berakar pada Firman Saya sering kagum dengan Ezra yang berkomitmen pada Firman Tuhan. Ini mengingatkan saya bahwa belajar dan menerapkan Firman harus berjalan seiring. Pernah saya merasa tahu banyak, tapi gagal menerapkannya. Ezra mengajarkan bahwa pengetahuan tanpa tindakan tidak berarti. Saya belajar bahwa hidup yang diberkati adalah hidup yang berakar dalam kebenaran dan bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan.
Ezra 8 – Percaya Tanpa Jaminan Saya pernah menghadapi keputusan besar tanpa kepastian hasilnya, seperti Ezra yang berpuasa sebelum berangkat tanpa perlindungan militer. Ini mengingatkan saya bahwa iman sejati diuji dalam ketidakpastian. Saya belajar untuk percaya pada Tuhan, bukan pada sistem dunia. Kadang, kepercayaan penuh kepada-Nya lebih berharga daripada memiliki semua perlindungan duniawi yang bisa diberikan manusia.
Ezra 9 – Menyesali Dosa dengan Tulus Ketika saya menyadari kesalahan besar dalam hidup, saya belajar bahwa pertobatan sejati datang dari hati yang hancur. Ezra menangis karena dosa bangsanya, mengajarkan saya bahwa dosa bukan sekadar kesalahan pribadi, tetapi bisa merusak banyak orang. Saya diingatkan bahwa Tuhan tidak mencari alasan, tetapi hati yang mau berbalik kepada-Nya dengan sungguh-sungguh.
Ezra 10 – Berani Mengambil Keputusan Sulit Ada saat di mana saya harus melepaskan sesuatu demi ketaatan, meski menyakitkan. Bangsa Israel harus berpisah dengan pasangan asing mereka demi kesucian. Saya belajar bahwa mengikuti Tuhan kadang menuntut pengorbanan. Tidak semua keputusan enak, tetapi jika itu untuk menyenangkan Tuhan, maka saya harus berani. Ketaatan sejati adalah ketika saya memilih Tuhan di atas segala kenyamanan pribadi.
Kesimpulan: Renungan dari Kitab Ezra mengajarkan bahwa pemulihan, keberanian, dan kesetiaan kepada Tuhan sering kali melibatkan proses yang panjang dan penuh tantangan. Tetapi, dalam setiap langkah, Tuhan selalu bekerja. Saya belajar bahwa meskipun hidup penuh ketidakpastian, Tuhan tetap memegang kendali. Dari pengalaman pribadi saya, saya melihat bagaimana Tuhan selalu setia, dan inilah yang terus menguatkan saya dalam perjalanan iman saya.